Kamis, 06 Agustus 2009

MASJID AGUNG DEMAK



Berbicara mengenai Masjid Agung Demak tidak bisa dipisahkan dari sejarah berdirinya Kerajaan Islam Demak. Begitu pula dalam membicarakan Kerajaan Islam Demak tentunya kita akan berbicara juga tentang runtuhnya Kerajaan Majapahit. Itulah kaitan sejarah yang sangat erat di antar ketiganya dalam hubungan penyeban dan perkembangan Agam Islam di Jawa terutama di Jawa Tengah.

Sejak tahun 929-949 Masehi saat Kerajaan Majapahit diperintah oleh Prabu Sindok, diperkirakan hubungan antara para saudagar di Jawa dengan para pedagang di Persia dan Gujarat sudah mulai terjalin. Para pedagang dari ke dua bangsa pada waktu itu sudah mengadakan kunjungan-kunjungan berarti, dimana pedagang dari Jaw pergi ke Persia dan Gujarat. Sebaliknya para pedagang Persia dan Gujarat dating ke Jawa untuk berdagang.

Masyarakat Jawa di zaman Kerajaan Majapahit memeluk agama Hindu dan Budha yang kemudian bergabung menjadi satu yaitu Syiwa Budha. Rupanya masyarakat Jawa masih merasakan adanya kepincangan-kepincangan di dalam kehidupan mereka setiap hari. Di kalangan rakyat mulai timbul kegelisahan dan rasa ketidakpuasan terhadap kenyataan yang mereka alami. Barangkali agama Hindu dan Budha yang pernah memberlakukan kehidupan menurut kasta seperti, Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Syudra (kasta-kasta akhirnya ditiadakan Sang Budha Gautama) membuat mereka harus memilih jalan lain.

Agama Islam berkembang begitu pesat dan meluas di kalngan rakyat. Maka untuk lebih melancarkan penyebarluaskan Agama Islam didirikanlah beberapa pos penyiaran, misalnya di Jawa Barat yang dipelopori oleh Sunan Gunung Jati, Jawa Tengah oleh Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, dan Sunan Muria, dan di Jawa Timur oleh Sunan Ampel. Hal itu tentunya ditentang keras oleh para penguasa Majapahit, terlebih Girindra Wardhana yang telah menakhlukan Prabu Brawijaya V yang memerintah Majapahit antara tahun 1468-1478 Masehi.

Berdirinya Kerajaan Islam Demak berkaitan erat dengan keberadaan Masjid Agung Demak. Menurut buku “Babad Demak” sebagaimana disebutkan Umar Hasyim dalam bukunya yang berjudul “Sunan Kalijaga” (1974), dibangunnya Masjid Agung Demak ditandai candra sangkala “Lawang Trus Gunaning Janma” yang menunjukan angka tahun saka 1399 atau tahun Masehi 1477. Sedangkan pembangunan masjid selesai pada tahun 1401 Saka atau 1479 Masehi seperti terdapat pada gambar binatang bulus (penyu) di dalam tembok mihrab Masjid Agung Demak. Kepala bulus = 1, empat kaki bulus = 4, badan bulus = 0, dan ekor bulus = 1. Gambar bulus yang melambangkan angka tahun Saka 1401 diperingati menurut candra sangkala Memet. Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa Masjid Agung Demak berdiri pada tahun Saka 1401 atau tahun Masehi 1479.

Kini, Masjid Agung Demak berdiri dengan megahnya di pusat kota Demak berhadapan dengan alun-alun. Salah satu tiang penyangganya disebut Saka Tatal karena terbuat dari tatal (potongan-potongan kayu) oleh Sunan Kalijaga. Setiap tahun yakni pada bulan Maulud selalu diselenggarakan tabligh akbar dalam rangka memperingati Maulud Nabi Muhammad saw. Dalam uapacara memperingati Maulud Nabi, di halaman masjid ditempatkan gamelan dan kompleks masjid dihiasi berbagai macam dekorasi yang indah dan menarik. Ketika tiba waktunya dimana pengunjung telah melimpah, maka gamelan ditabuh bertalu-talu diiringi tembang/lagu-lagu keagamaan dan diselingi dakwah atau ceramah agama.

Kamis, 16 Juli 2009

Sumber : Potensi Wisata Jateng

Observasi dan rekreasi dari Bali

Bookmark this post:
StumpleUpon Ma.gnolia DiggIt! Del.icio.us Blinklist Yahoo Furl Technorati Simpy Spurl Reddit Google

Bogor Agricultural University

Bogor Agricultural University
"Mencari dan Memberi Yang Terbaik"

LDK Al Hurriyyah

LDK Al Hurriyyah
"Inspiration of Togetherness"

FORCES

FORCES
"Go Scientist...!!!"

AGRIA SWARA

Boneka Horta & POTTY

 

Copyright 2009 All Rights Reserved Magazine 4 column themes by One 4 All