Kamis, 06 Agustus 2009

MASJID BAITURRAHMAN


Jawa Tengah mempunyai sejarah sangat istimewa dalam pengembangan dan dakwah Islam terutama dengan usaha Wali Sembilan atau Wali Songo. Usaha dan peranan para wali di dalam menyiarkan agama Islam khususnya di pulau Jawa atau di Indonesia umumnya dengan segala hikmah kebijaksanaan telah menghadirkan begitu banyak masjid besar, agung, dan bersejarah.
Semarang sebagai ibukota Propinsi Jawa Tengah pun tidak luput dari sejarah perkembangan Agama Islam, bahkan keberadaan kota ini sendiri dilatarbelakangi oleh sejarah penyebaran Agama Islam di pulau Jawa. Seperti diketahui, pada pertengahan abad XVI Masehi di Semarang telah dibangun masjid tertua di Kotamadya. Dari waktu ke waktu Agama Islam terus berkembang dan jumlah masjid makin bertambah.
Pada tahun 1955 dibangun sebuah Yayasan Masjid “Candi” yang dimaksudkan untuk membangun masjid di Semarang. Tugas ini berhasil diselesaikan oleh yayasan dengan didirikanya sebuah masjid di jalan Merapi Candi Semarang pada tahun 1958. Akan tetapi seiring dengan pesatnya perkembangan kota dan jumlah penduduk yang selalu meningkat, maka Gubernur Moechtar memandang perlu untuk mengimbanginya dengan membangun masjid baru yang bernilai kepropinsian, mengandung unsur-unsur kesenian dan modern, tanpa harus meninggalkan nilai-nilai kebudayaan Jawa Tengah dan sekaligus mrupakan bangunan monumental.
Untuk merealisasikanya maksud Gubernur, Yayasan Masjid “Candi” mulai mengajukan permohonan untuk membangun masjid di dekitar lapan Pancasila yang akan diberi nama Masjid Baiturrahman. Setelah permohonan tersebut dikabulkan pada tanggal 30 April 1963, maka upaya pembangunan masjid segera dilakukan. Pekerjaan tahap pertama mulai dengan membuat fondasi pagar keliling melingkari tanah seluas 11.750 meter persegi dan dapat diselesaikan pada tahun 1964. Pekerjaan selanjutnya sempat terhenti selama hamper tiga tahun (1965-1967) akibat peristiwa pemberontakan G30S/PKI.
Gubernur Moenadi yang memimpin Propinsi Jawa Tengah setelah Moechtar, akhirnya berinisiatif untuk melanjutkan gagasan pendahulunya. Sebelumnya beliau menyarankan agar nama Yayasan Masjid “Candi” diganti menjadi Yayasan Masjid “Baiturrahman”. Dan pada tanggal 10 Agustus 1968 pembangunan masjid dilanjutkan lagi dengan memancangkan tiang-tiang pancang sebanyak 137 buah untuk fondasinya. Pada saat yang sama pihak yayasan juga membangun gedung Yayasan Masjid di jalan Panandaran no. 126 Semarang, masih satu kompleks dengan Masjid. Peresmian gedung yayasan ini dilakukan pada tanggal 27 Februari 1969.
Pada tahun 1973, pekerjaan pembangunan masjid lagi-lagi mengalami hambatan. Kali ini yang menjadi kendala utama adalah kesulitan biaya. Namun tekad Gubernur Moenadi untuk melanjutkan dan menyelesaikan pembangunan masjid tidak pernah padam. Sehingga pada tanggal 7 Juli 1973 terjadilah serah terima tanggung jawab penyelesaiaan pembangunan masjid dari Yayasan Masjid Baiturrahman kepada Gubernur.
Setelah mengambil alih tanggung jawab dari pihak yayasan, maka Gubernur menunjuk PT. Pembangunan Jawa Tengah “Teguh” untuk melaksanakan kelanjutan pemabngunan Masjid dengan biaya sebesar Rp. 216.739.000 di luar biaya pembangunan menara. Pekerjaan ini selesai pada akhir tahun 1974. Untuk penjagaan waktu, Masjid dilengkapi dengan sebuah jam besar yang disumbangkan oleh H.M. Soelchan, seorang pengusaha terkenal di Semarang. Masjid Baiturrahman akhirnya diresmikan oleh Presiden Soeharto pada sore hari Ahad tanggal 1 Zulhijjah tahun 1394 Hijriyah atau tanggal 15 Desember 1974 Masehi.
Penulis merasakan keagungan masjid saat waktu dzuhur tiba dan banyak jama’ah dating dari beberapa daerah. Letak yang strategis berada di bagian barat Simpang Lima menjadikan masjid ini ramai setiap hari. Masjid bersejarah yang dibangun di pusat kota Semarang ini berbentuk pendopo yang menggambarkan kekhasan Jawa Tengah. Secara garis besar, bangunan masjid ini terdiri dari:
1. Lantai teras berbentuk balkoni untuk tempat sholat wanita dengan kapasitas kurang lebih 500 orang,
2. Lantai ke dua untuk tempat sholat pria berkapasitas kurang lebih 2.500 orang,
3. Lantai bawah untuk tempat wudlu wanita dan pria, ruang pertemuan ruang kuliah, ruang perpustakaan dan ruang/Balai Nikah/Kantor.
Dengan demikian, Masjid Baiturrahman tidak hanya digunakan untuk kepentingan ibadah sholat tetapi digunakan pula untuk da’wah, pendidikan dan social. Di samping bangunan masjid telah dilengkapi dengan sarana prasarana lain berupa:
1. Gedung Yayasan untuk kegiatan yayasan dalam mengurus masjid,
2. Rumah Nadlir, yang mengurus rumah tangga masjid,
3. Asrama untuk kepentingan para tamu pelajar dan mahasiswa yang ada hubungannya dengan kegiatan masjid,
4. Tanah seluas kurang lebih 2.300 meter persegi yang akan dipergunakan untuk membangun Plaza dan sewaktu-waktu dapat dipergunakan untuk menampung luapan para pengunjung sholat pada waktu sholat Ied dan juga untuk tempat parker kendaraan.
Kegiatan yang dilaksanakan di Masjid Baiturrahman meliputi bidang peribadatan, bidang dakwah dan pendidikan serta bidang perpustakaan.
1. Bidang Peribadatan
a. Mengadakan sholat Ied, baik Idul Fitri maupun Idul Adha
b. Mengatur pelaksanaan zakat fitrah, penyembelihan qurban, dan lain-lain.
2. Bidang Dakwah dan Pendidikan
a. Merencanakan dan menyelenggarkan kegiatan pembangunan Masjid dan Langgar dalam daerah Kotamadya Semarang.
b. Mengatur dan melaksanakan kegiatan pendidikan dan dakwah, seperti pengajian, ceramah agama, diskusi, dan lain-lain.
c. Merencanakian dan membangun sekolah-sekolah seperti STK, SD, Ibtidai’yah, dan lain-lain serta mengadakan kegiatan pendidikan, social, dan kebudayaan baik insidenti maupun kontinyu.
3. Bidang Perpustakaan
a. Mengadakan perpustakaan yang representative pada Masjid Baiturrahman
b. Memelihara, mengembangkan dan mengatur penggunaan perpustakaan di Masjid Baiturrahman.
Sangat beragam acara yang diadakan masjid agung ini dan tentu untuk kebutuhan masyarakat Semarang. Penulis hanya merasakan suasana peribadahan yang terjadi secara jama’ah begitu ramai dan padat pengunjung. Saat itu juga bersama dengan kakak yang mengantar ke rumah kost dikenalkan dengan masjid megah ini. Seraya mengucap syukur karena telah menunaikan ibadah sholat di masjid yang bersejarah ini. Di sekitar masjid banyak dijumpai pedagang kaki lima yang menjajakan jualanya dengan harapan dibeli para pendatang. Tulisan arab yang termaktub di pintu gerbang menambah kemegahan bangunan ini. Antrian orang yang mengambil air wudlu telah aku rasakan di lantai bawah sendiri. Deretan parker yang tertata rapi juga menjadi pemandangan tersendiri tetapi tetap harus waspada dengan keamanannya. Masjid ini terletak di jantung kota jadi setiap hari kepadatan pengunjung menjadi fenomena yang lumrah. Saatnya ke meninggalkan masjid karena kewajiban telah ku lakukan sekarang hendak pergi ke tempat tujuan.


Selasa, 14 Juni 2009
Sumber : Yayasan Masjid Baiturrahman
Potensi Wisata Jawa Tengah
Observasi dan pengambilan foto obyek
Bookmark this post:
StumpleUpon Ma.gnolia DiggIt! Del.icio.us Blinklist Yahoo Furl Technorati Simpy Spurl Reddit Google

Bogor Agricultural University

Bogor Agricultural University
"Mencari dan Memberi Yang Terbaik"

LDK Al Hurriyyah

LDK Al Hurriyyah
"Inspiration of Togetherness"

FORCES

FORCES
"Go Scientist...!!!"

AGRIA SWARA

Boneka Horta & POTTY

 

Copyright 2009 All Rights Reserved Magazine 4 column themes by One 4 All