Kabupaten Daerah Tingkat II Rembang dengan ibukota Rembang, berdiri tanggal 8 Agustus 1950. Dengan letak geografi 6-7 derajat lintang selatan 111-112 derajat bujur timur, merupakan perpaduan antara pantai, dataran rendah hingga daerah pegunungan Lasem. Untuk bidang pariwisata, Rembang memiliki keindahan yang khas baik obyek wisata alam, obyek wisata peninggalan sejarah, dan bahkan obyek wisata budaya.
Perjalanan ini kami mulai dari alun-alun Kota Rembang, kami pun mendokumentasikan kebersamaan ini. Untuk melepas lelah kami beristirahat di dekatnya dengan merasakan kesejukan es yang dijajakan secara berkeliling oleh salah satu pedagang. Kebetulan sampai di Rembang adalah siang hari, sungguh
panas sekali. Namun keceriaan menghampiri karena kami telah sampai di tempat tujuan. Ternyata luas juga pusat perdaban kota Rembang, seluas lapangan sepak bola karena bagian tengah tiada monumen atau pepohonan. Tentu di sekitarnya ada masjid agung, pendapa bupati, kantor pemerintahan, sekolah dan sebagainya seperti gambaran dalam budaya Jawa.
Segarnya es telah kami rasakan, bedug berkumandang adzan dzuhur terdengar dari Masjid Agung Rembang. Kami pun segera melangkahkan diri menuju masjid untuk tunaikan panggilan Allah. Luas dan nyaman sekali masjid ini, dengan tempat parker yang rapi beserta tempat wudlu yang terjaga kesuciaanya. Masjid ini menjadi pusat Kota Rembang, setiap hari besar tiba maka akan dipenuhi jama’ah sampai lapangan alun-alun. Lantainya pun terbagi dua terdiri lantai utama dan lantai kedua. Namun karena hari biasa maka lantai kedua dikunci denan arti hanya lantai utama yang boleh digunakan. Al-Qur’an telah berjajar rapi di rak yang menempel di setiap tiang masjid untuk disediakan bagi jama’ah yang ingin melantunkankanya. Bedug yang tampak oleh kami adalah di serambi sebelah selatan masjid, dan memiliki khas sendiri atau letaknya dekat tempat wudlu wanita. Sungguh megah masjid tersebut, di bagian utara sedang di bangun menara untuk mengumandangkan adzan. Di depannya terdapat phon yang menyerupai apel tapi rasanya seperti papaya, kami pun mencicipinya entah pohon apa yang tumbuh rindang itu.
Waktu mengantar kami untuk pergi ke pendapa bupati yang sekomplek dengan Musem Kamar Pengabdian Kartini. Kira-kira 300 meter kea rah selatan kita akan menjumpai sebuah obyek wisata pemerintahan dan peninggalan sejarah. Kompleks yang akan kita kunjungi berada di Kantor Daerah Tingkat II Kabupaten Rembang, Jalan Gatot Subroto No. 8 Rembang. Lokasinya terletak di Wilayah Desa Kutoharjo, Kecamatan Kota Rembang. Menempati lokasi yang cukup strategis sebab berada di jalur pantai laut utara (pantura) yang menghubungkan kota Semarang – Surabaya serta kota lainya.
Musem Kamar Pengabdian Kartini menempati bangunan lama, di salah satu ruangan di rumah dinas Bupati Kepala Dati II Rembang. Bangunan yang ditempati museum ini memiliki gaya arsitektur tradisional Jawa, yang berbentuk Joglo. Museum ini termasuk museum yang bersifat memorial, karena baik bangunan atau ruangan yang digunakan sebagai tempat pameran koleksinya merupakan benda-benda peninggalan bersejarah milik R.A. Kartini. Sebelum ke sana kami menemui beberapa satpam yang menjaga untuk memberitahukan bahwa ini pendapa Bupati Rembang. Tampak monumen perahu yang unik berbentuk naga berada di depan pendapa beserta tiang bendera yang menandakan tempat ini sering digunakan untuk upacara. Monument tersebut menarik perhatian kami karena bentuk kekhasannya yang terbuat dari kayu pilihan tahan lama. Kebetulan di pendapa sedang ada acara, namun kami tidak mengetahui jenis acara tersebut. Suasana ramai yang kami rasakan di dekatnya, dan adanya stan-stan kecil yang menyediakan hidangan bagi para tamu undangan. Berdiri pula stan mie sedap dan beberapa pelayanya yang siap menyediakan masakan buatanya. Tentu kami langsung melanjutkan pergi ke museum karena tidak ada hubunganya dengan kedatangan ini.
Di depan museum berdiri beberapa patung seperti kereta kuda, ibu R.A. Kartini, dan lain-lain. Patung ibu Kartini yang membawa buku dengan mengenakan busana tradisional Jawa mengambil hati kami untuk mendokumentasinya. Di pintu gerbang museum tampak tulisan “Karcis Masuk Museum Kartini Rp 2000,-“ artinya bahwa setiap memasuki bangunan seseorang ditarik biaya sejumlah itu untuk merasakanya. Namun karena dalam museum suasananya sepi pengunjung, maka kami tidak ditarik ongkos masuk oleh penjaganya. Tentu dalam hati kami mengucap syuk
ur karena bisa mengetahui rumah yang dahulu ditempati ibu Kartini secara gratis. Tampak beberapa foto-foto kenangan kota Rembang dan para penjaga museum di dekat pintu gerbang museum. Tampilan dalam lemari kaca itu menunjukan foto-foto bupati Rembang kala itu, bangunan bersejarah, peralatan peninggalan kota, perlengkapan R.A. Kartini ketika menjadi istri Bupati Rembang, dan sebagainya.
Raden Ajeng Kartini, merupakan seorang pahlawan kemerdekaan emansipasi wanita isteri Bupati Rembang Djajaadhiningrat. R.A. Kartini dilahirkan di Kota Mayong, Jepara (daerah pantai utara laut Jawa) pada hari Senin Pahing 21 April 1879 atau tanggal 28 Rabi’ul Akhir 1808 (menurut penanggalan Jawa), dan anak ke lima dari keluarga R.M. Sasraningrat, yang pada saat R.A. Kartini lahir menjabat Wedana di Mayong. Museum R.A. Kartini dibangun mengingat jasa-jasanya yang begitu besar untuk bumi pertiwi. Alhamdulillah kami berempat bisa mengunjungi bangunan bersejarah ini. Adapun koleksi museum ini antara lain meja kerja R.A. Kartini, keramik, Buku Kangsa, jambangan atau bak mandi modern, piring makan, cangkir, foto-foto bersama keluarga dan surat Kartini dalam bahasa Belanda serta Buku Kartini yang terkenal, yaitu “Habis Gelap Terbitlah Terang” (Door Dois Trenis tot Lieth), penyekat ruangan kesatrian, penyekat ruang keputrian dari ukiran Jepara asli jaman dulu.
Museum R.A. Kartini diresmikan pada tanggal 21 April 1967 oleh Menteri Sosial Ibu Suriah Sarjono. Museum buka setiap hari Senin sampai Mingu jam 08.00 – 14.00 WIB. Bangunan bersejarah ini telah kami telusuri, tampak oleh kami acara di pendapa yang telah selesai dan satan-stannya pun sedang membereskan perlengkapanya. Tentu setelah ini kami ingin merasakan bagaimana suasana dalam Rumah Dinas Bupati Rembang. Terdapat perlengkapan music tradisional Jawa yang berada di dalamnya tetapi sudah tidak ada pemainnya. Yang ada adalah para pekerja yang membersihkan ruangan pendapa seperti sedia kala. Ciri khas dalam bangunan itu, terdapat foto R.A. Kartini bersebelahan dengan meja dan kursi kerja pendapa yang sering digunakan untuk acara-acara penting.
Perjalanan ini kami mulai dari alun-alun Kota Rembang, kami pun mendokumentasikan kebersamaan ini. Untuk melepas lelah kami beristirahat di dekatnya dengan merasakan kesejukan es yang dijajakan secara berkeliling oleh salah satu pedagang. Kebetulan sampai di Rembang adalah siang hari, sungguh

Segarnya es telah kami rasakan, bedug berkumandang adzan dzuhur terdengar dari Masjid Agung Rembang. Kami pun segera melangkahkan diri menuju masjid untuk tunaikan panggilan Allah. Luas dan nyaman sekali masjid ini, dengan tempat parker yang rapi beserta tempat wudlu yang terjaga kesuciaanya. Masjid ini menjadi pusat Kota Rembang, setiap hari besar tiba maka akan dipenuhi jama’ah sampai lapangan alun-alun. Lantainya pun terbagi dua terdiri lantai utama dan lantai kedua. Namun karena hari biasa maka lantai kedua dikunci denan arti hanya lantai utama yang boleh digunakan. Al-Qur’an telah berjajar rapi di rak yang menempel di setiap tiang masjid untuk disediakan bagi jama’ah yang ingin melantunkankanya. Bedug yang tampak oleh kami adalah di serambi sebelah selatan masjid, dan memiliki khas sendiri atau letaknya dekat tempat wudlu wanita. Sungguh megah masjid tersebut, di bagian utara sedang di bangun menara untuk mengumandangkan adzan. Di depannya terdapat phon yang menyerupai apel tapi rasanya seperti papaya, kami pun mencicipinya entah pohon apa yang tumbuh rindang itu.
Waktu mengantar kami untuk pergi ke pendapa bupati yang sekomplek dengan Musem Kamar Pengabdian Kartini. Kira-kira 300 meter kea rah selatan kita akan menjumpai sebuah obyek wisata pemerintahan dan peninggalan sejarah. Kompleks yang akan kita kunjungi berada di Kantor Daerah Tingkat II Kabupaten Rembang, Jalan Gatot Subroto No. 8 Rembang. Lokasinya terletak di Wilayah Desa Kutoharjo, Kecamatan Kota Rembang. Menempati lokasi yang cukup strategis sebab berada di jalur pantai laut utara (pantura) yang menghubungkan kota Semarang – Surabaya serta kota lainya.
Musem Kamar Pengabdian Kartini menempati bangunan lama, di salah satu ruangan di rumah dinas Bupati Kepala Dati II Rembang. Bangunan yang ditempati museum ini memiliki gaya arsitektur tradisional Jawa, yang berbentuk Joglo. Museum ini termasuk museum yang bersifat memorial, karena baik bangunan atau ruangan yang digunakan sebagai tempat pameran koleksinya merupakan benda-benda peninggalan bersejarah milik R.A. Kartini. Sebelum ke sana kami menemui beberapa satpam yang menjaga untuk memberitahukan bahwa ini pendapa Bupati Rembang. Tampak monumen perahu yang unik berbentuk naga berada di depan pendapa beserta tiang bendera yang menandakan tempat ini sering digunakan untuk upacara. Monument tersebut menarik perhatian kami karena bentuk kekhasannya yang terbuat dari kayu pilihan tahan lama. Kebetulan di pendapa sedang ada acara, namun kami tidak mengetahui jenis acara tersebut. Suasana ramai yang kami rasakan di dekatnya, dan adanya stan-stan kecil yang menyediakan hidangan bagi para tamu undangan. Berdiri pula stan mie sedap dan beberapa pelayanya yang siap menyediakan masakan buatanya. Tentu kami langsung melanjutkan pergi ke museum karena tidak ada hubunganya dengan kedatangan ini.
Di depan museum berdiri beberapa patung seperti kereta kuda, ibu R.A. Kartini, dan lain-lain. Patung ibu Kartini yang membawa buku dengan mengenakan busana tradisional Jawa mengambil hati kami untuk mendokumentasinya. Di pintu gerbang museum tampak tulisan “Karcis Masuk Museum Kartini Rp 2000,-“ artinya bahwa setiap memasuki bangunan seseorang ditarik biaya sejumlah itu untuk merasakanya. Namun karena dalam museum suasananya sepi pengunjung, maka kami tidak ditarik ongkos masuk oleh penjaganya. Tentu dalam hati kami mengucap syuk

Raden Ajeng Kartini, merupakan seorang pahlawan kemerdekaan emansipasi wanita isteri Bupati Rembang Djajaadhiningrat. R.A. Kartini dilahirkan di Kota Mayong, Jepara (daerah pantai utara laut Jawa) pada hari Senin Pahing 21 April 1879 atau tanggal 28 Rabi’ul Akhir 1808 (menurut penanggalan Jawa), dan anak ke lima dari keluarga R.M. Sasraningrat, yang pada saat R.A. Kartini lahir menjabat Wedana di Mayong. Museum R.A. Kartini dibangun mengingat jasa-jasanya yang begitu besar untuk bumi pertiwi. Alhamdulillah kami berempat bisa mengunjungi bangunan bersejarah ini. Adapun koleksi museum ini antara lain meja kerja R.A. Kartini, keramik, Buku Kangsa, jambangan atau bak mandi modern, piring makan, cangkir, foto-foto bersama keluarga dan surat Kartini dalam bahasa Belanda serta Buku Kartini yang terkenal, yaitu “Habis Gelap Terbitlah Terang” (Door Dois Trenis tot Lieth), penyekat ruangan kesatrian, penyekat ruang keputrian dari ukiran Jepara asli jaman dulu.
Museum R.A. Kartini diresmikan pada tanggal 21 April 1967 oleh Menteri Sosial Ibu Suriah Sarjono. Museum buka setiap hari Senin sampai Mingu jam 08.00 – 14.00 WIB. Bangunan bersejarah ini telah kami telusuri, tampak oleh kami acara di pendapa yang telah selesai dan satan-stannya pun sedang membereskan perlengkapanya. Tentu setelah ini kami ingin merasakan bagaimana suasana dalam Rumah Dinas Bupati Rembang. Terdapat perlengkapan music tradisional Jawa yang berada di dalamnya tetapi sudah tidak ada pemainnya. Yang ada adalah para pekerja yang membersihkan ruangan pendapa seperti sedia kala. Ciri khas dalam bangunan itu, terdapat foto R.A. Kartini bersebelahan dengan meja dan kursi kerja pendapa yang sering digunakan untuk acara-acara penting.
Bookmark this post: | ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
0 komentar:
[+/-]Click to Show or Hide Old Comments[+/-]Show or Hide Comments
Posting Komentar