Kamis, 06 Agustus 2009

SUMBER MATA AIR KAJENGAN 30 MEI 2009



Mentari pagi datang membawa kesejukan di temperature udara yang cukup dingin di Desa Sonorejo tempat aku menunggu teman-teman. Kegelisahan mulai menghampiriku karena yang ditunggu tidak datang-datang. Kami telah membuat perjanjian kalau aku nanti akan di jemput di rumah, tetapi mengapa tidak muncul juga? Akhirnya ku hubungi Yudha, sahabatku yang akan memboncengkanku, tunggu sebentar pasti akan datang katanya. Ternyata mereka sedang mendapat masalah dengan polisi di lampu merah yang diterobos secara tidak disengaja. Itu menjadi alasan terjadinya keterlambatan untuk pergi ke Todanan. Ada rasa tidak enak muncul dari dalam hati karena aku sudah berprasangka buruk kepada mereka, syukurlah tidak terjadi apa-apa. Barangkali itu menjadi peringatan bagi kami untuk lebih hati-hati. Perjalanan dilanjutkan ke rumah teman di Ngawen yang nantinya juga akan ikut ke tempat tujuan.

Di rumah Enjel bersama teman-teman lainya kami beristirahat cukup lama sambil menonton TV yang dinyalakan tanpa ijin tuan rumah. Di sana kami disuguhi beberapa makanan dan minuman, nyaman sekali rasanya, tentu dengan lahap teman-teman segera menghabiskanya. Perbincangan begitu seru karena sebelum ke Ngawen kami telah ditilang dua kali. Masya’ Allah mudah-mudahan ini tidak terjadi lagi. Penilangan kedua terjadi di dekat Pos Ngancar yang ada ditikungannya, hal ini terjadi pada Dita, Candra yang diboncengkan, dan Kasnawi yang dua kali ditilang. Sudah beberapa menit kami dimintai keterangan, cukup lama juga. Yudha datang membela teman-teman yang ditilang, Kasnawi selamat karena tadi telah ditilang sedangkan Dita dan Candra harus menjawab pertanyaan polisi karena tidak mempunyai SIM. Mudah-mudahan ini cepat selesai dan menjadi nasehat yang baik bagi kami. Selesai juga perkara ini di tengah ramainya pengendara sepeda motor yang juga terkena tilang. Kami melanjutkan perjalanan ke Ngawen, di tengah perbincangan itu tiba-tiba datanglah Intan yang juga diundang.

Kini saatnya kami meneruskan ke rumah Gunaryo yang berada di dekat Pasar Ngawen karena sudah cukup lama berbincang-bincang dan melepas lelah. Ini menjadi pertama kalinya ke rumah teman sebangku dari tempat yang terjauh. Aku menjadi mengetahuinya begitu banyak perjuangan menuju ke SMA 1 Blora yang biasa menaiki bus umum untuk mencapainya. Sedangkan rumahku yang biasa direngkuh dengan sepeda bisa mencapai sekolah, Alhamdulillah…..! Sambil menunggu berberes-beres, tentu aku dan Yudha menyempatkan untuk berkunjung meskipun hanya sebentar karena masih jauhnya tempat harapan. Untuk menuju ke Suimber Mata Air Kajengan bisa kita tempuh dengan beberapa kendaraan. Kebetulan kami berdelapan menggunakan sepeda motor untuk merengkuhnya, biasanya masyarakat menggunakan angkutan antar kota maupun angkutan pedesaan, seperti angkutan umum jurusan Todanan – Kunduran – Blora, atau pun angkutan antar kota Purwodadi – Blora – Todanan.
Hembusan angin pedesaan yang datang menerpa sepeda motor kami membuat semakin seru perjalanan ini. Aku memang tidak pernah ke tempat tujuan tetapi ada beberapa teman yang tahu yaitu para Bantara. Aktivis organisasi pramuka dari pelajar SMA yang biasa mengadakan perkemahan di wilayah yang kami tuju. Pengalaman ini menjadi pertama kali bagiku, karena juga untuk mengisi waktu liburan sekolah yang lama. Dari Ngawen sampai Desa Kajengan membutuhkan jarak yang tak cukup lama, kita perlu bersabar. Sekeliling perjalanan biasanya terdapat segerombolan kerbau yang merumput khususnya waktu sore, saat itu tidak tampak oleh kami. Untaian pertanian semangka yang kami temui di sepanjang perjalanan yang merambat dengan suburnya.

Perjalanan yang cukup panjang tapi menyenangkan telah kami lalui, di depan tempat tujuan ada sungai yang memotong jalan. Aku dan Yudha tergelitik karena terdapat anak-anak kecil yang sedang memandikan diri sambil mencari ikan. Tampak di tangan kecil terdapat segelas aqua untuk menangkap ikan yang berada di sungai. Sembari melihat keceriaan anak pedesaan yang sedang mengguyur tubuhnya maka kami menunggu teman lain yang belum sampai di Kajengan. Ada rasa heran dengan sumber mata air sehingga kami segera menuju tempat tujuan. Ternyata butuh perjuangan yang cukup menguji karena jalan menuju tujuan sedang dilumuri lumpur yang lembek. Teman perempuan kami yang semuanya aktivis pramuka menunggu di luar karena sudah pernah ke lokasi itu juga.

Nafas lega kami hembuskan karena telah sampai di Sumber Mata Air Kajengan. Hawa sejuk mengenai paru-paru kami yang diselimuti pepohonan yang rindang. Lapangan yang sering dijadikan Bumi Perkemahan menjadi saksi kebersamaan ini. Di tengah perjalanan tiba-tiba sepatu sandalnya Yudha terpatahkan mungkin tadi melawan rintangan yang datang. Sekitar rerumputan yang tumbuh subur tumbuh pohon-pohon yang sudah berjuta lamanya tumbuh sehingga tingginya sudah mau mencapai langit sepertinya. Tidak lupa kami parkirkan sepeda motor untuk menikmati sumber mata air tetapi waspada menghampiri hati karena tiada orang yang menjaga di obyek wisata. Rumah dinas berdiri di dekat sumber mata air, biasanya para penjaga bertempat di kantor tersebut. Mungkin karena hari ini libur sehingga tiada penjaga yang ditemui.

Sumber mata air Kajengan mengalir dengan lambat namun tiap hari mengucurkan air. Di dekatnya terdapat aliran menyerupai sungai yang muncul dan kolam yang sengaja dibangun untuk masyarakat dan wisatawan. Tampak oleh kami masyarakat Desa Kajengan yang sedang memanfaatkan aliran air. Ada yang menggunakanya untuk mandi, mencuci baju, mengambil air, dan sebagainya. Sebelah kami terdapat bapak-bapak yang sedang mengambil beberapa derijen air setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Begitu banyak manfaat yang bisa kita gunakan dari air yang keluar tiap harinya. Kantor khusus yang menganinya memiliki peralatan saluran air untuk mengairi sejumlah rumah yang membutuhkan. Namun sepertinya kurang terawat dikarenakan pengunjung masih sedikit yang datang. Menurut kepercayaan setempat bagi siapa yang menggunkan air untuk membasahi wajah atau bagian lain maka akan awet muda. Itu menjadi ciri khas yang diyakini wisatawan masyarakat dan setempat yang mempercayainya. Jembatan kecil dari semen memotong aliran biasa digunakan untuk menyebrangi sumber mata air yang mengalir.

Wilayah ini merupakan obyek wisata alam yang patut kita lestarikan agar bisa memberikan manfaat bagi generasi mendatang. Mata air yang mengalir dijadikan masyarakat sebagai tempat memenuhi kebutuhan menjadi fenomena yang lazim kita temukan di daerah yang jarang dikunjungi ini. Biasanya para remaja menggunakan lokasi ini untuk perkemahan dan di setiap acara para peserta mengadakan bakti sosial membantu warga di sekitar Kajengan. Tugas bagi kita semua untuk menjadikan obyek wisata ini ramai dan aktif karena sumber aliran air yang begitu mengundang penasaran.





Senin, 13 Juli 2009
Bookmark this post:
StumpleUpon Ma.gnolia DiggIt! Del.icio.us Blinklist Yahoo Furl Technorati Simpy Spurl Reddit Google

Bogor Agricultural University

Bogor Agricultural University
"Mencari dan Memberi Yang Terbaik"

LDK Al Hurriyyah

LDK Al Hurriyyah
"Inspiration of Togetherness"

FORCES

FORCES
"Go Scientist...!!!"

AGRIA SWARA

Boneka Horta & POTTY

 

Copyright 2009 All Rights Reserved Magazine 4 column themes by One 4 All